FAJAR.CO.ID, JAKARTA– Hadir di acara podcast Akbar Faizal, Menko Polhukam banyak bercerita tentang drama berkepanjangan kasus pembunuhan Brigadir J di Duren 3 Kediaman Ferdy Sambo.
Akbar Faizal, memuji cara kerja Mahfud MD yang berani menerobos, menerabas sebuah pola kekakuan komunikasi dan koordinasi yang saat ini lebih banyak dibungkus dengan basa-basi.
Peristiwa polisi tembak polisi awalnya didengar Mahfud saat masih berada di Mekah. Mahfud mengaku mendapat banyak pertanyaan dari wartawan terkait kejadian tersebut. Ada polisi membunuh polisi.
“Saya telepon staf khusus saya, mas Rizal. Mas ini ada apa? terus tidak lama, dia memberi kabar, di wartawan sedang ramai nih. Terus saya buka semua, Youtube. Kok keterangannya begini, terus saya dengar orang-orang itu terbawa pada opini bahwa terjadi tembak menembak,” beber Mahfud (16/8/2022).
Tapi penjelasannya tidak memuaskan sama sekali, kata Mahfud. Terutama karena yang didengar itu, kenapa tembak menembak, kok terjadi Jumat sore, baru Senin sore diumumkan. Berangkat dari situ, Mahfud mulai merasa ada yang janggal.
“Setelah itu, saya ikuti pendapat-pendapat lain. Kemudian saya mencuit dulu. Bahwa, ini ada kejadian kok tidak sinkron ya antara rangkaian fakta dengan fakta lain itu tidak logis,” ujarnya.
Penulis buku “Politik Hukum di Indonesia ” itu Kemudian mulai berbicara lewat virtual, melalui televisi. Pada kesempatan itu Mahfud mengaku apa yang diberitakan dan menjadi isu kejadian tidak masuk akal.
“Kenapa kok hari Jumat ke Senin. Kemudian masa tembak menembak cuma diberitakan sekilas begitu. Tidak jelas alat buktinya apa, harusnya kan ditunjukkan dong, TKP-nya di mana. Kok cuma seperti, meskipun dia konferensi pers tetapi seperti dor stop aja seperti ngomong sekilas,” tamahnya.