Pun, Kapolres Jakarta Selatan begitu, lanjut Mahfud. Akhirya sesudah saya pulang, saya ngomong lewat tv bahwa itu aneh, tidak bagus, tidak masuk akal.
Sepulang dari Mekah karena kabarnya Mahfud MD terkena Covid, sekitar 4 hari. Barulah setelah itu,Mahfud memanggil Kompolnas. Kebetulan ketuanya Mahfud MD sendiri, sementara Ketua hariannya Benny Mamoto.
“Kok bapak jadi rangsangan orang banyak. Kenapa kok ini dibilang wajar terjadi, tidak ada yang aneh, betul terjadi tembak menembak, bahkan dia menjelaskan bahwa tidak ada penganiayaan kalau kulit mayat itu seperti disayat, itu tuh rekoset biasa aja,” tanya Mahfud.
Mahfud melanjutkan, kan tidak masuk akal, isunya di luar, Kompolnas dan Komnas HAM sudah dipengaruhi, sudah diskenario. Bahkan kalau saya tunjukkan yang ada di medsos, sudah dibayar.
“Apakah bapak pernah berhubungan dengan Sambo atau orangnya?,” tanya Mahfud sekali lagi.
Menurut pengakuan Mahfud, yang jawab Poengky (anggota Kompolnas), dan mengaku pernah dipanggil. Namun menurutnya, Ferdy Sambo waktu itu hanya menangis.
“Dia cuma nangis aja. Aduh saya ini dizalimi, istri saya dilecehkan, kalau saya di situ saya tembak sendiri sampai hancur badannya, gitu,” terang Poengky Indarti.
Menko Polhukam pada akhirnya mengusulkan basic skenarionya harus diganti. Bukan tembak menembak, tetapi pembunuhan. Olehnya, sejak saat itu alur drama kemudian mengikut pada para pengacara yang menurut Mahfud lebih logis karena punya bukti-bukti lain dan rentetan peristiwa yang dikemukakan dan lebih masuk akal.